Komunitas Badut Sulap ‘Kabut Salju’ Minta Diberdayakan…

SUNATAN massal yang diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Subang di Jalan Arif Rahman Hakim, Selasa(17/1/2023) berjalan cukup lancar dan tak terdengar teriakan anak yang disunat.

Bukan karena anak yang disunat jumlahnya sedikit karena akan berlanjut di setiap UPZ Kecamatan, ditambah petugas sunatnya yang sudah berpengalaman dari Praktisi Sunat Purwasuka. Tetapi ternyata di sana sudah ada rombongan badut yang mendampingi peserta sunatan massal dalam rangka Milad ke 22 BAZNAS.

Badut yang berpakaian aneh dan unik, jarang terlihat dikegiatan seperti ini. Malahan lebih sering terlihat di perampatan jalan atau stopan. “Kami memiliki sanggar resmi dan datang ke sini atas undangan pak Abi dari Kasi Rehabilitasi BPBD Subang,” kata Agus yang akrab dipanggil Aples.

Dirinya menjelaskan, sanggar yang dimilikinya sudah berusia 11 tahun berdirinya bernama Sanggar Badut Sulap Kabur Salju. Beranggotakan sebanyak 30 orang yang cukup terlatih dan tidak mengecewakan bila tampil di acara ulang tahun anak-anak atau kegiatan sosial lainnya,

“Kami memiliki ijin resmi usaha kebudayaa dari Disdikbud Subang. Hanya saja bila tidak ada bantuan dari pemerintah untuk diberdayakan, usaha kita jadi jalan di tempat,” katanya dengan harapan bisa tembus dan berdaya di tempat wisata yang bermunculan di Subang.

Aples menambahkan,bantuan yang diharapkan dari pemerintah agar sanggar bisa hidup terus bila diberdayakan atau fasilitasi dari pemerintah di tempat tempat wisata untuk menghibur pengunjung di saat liburan atau weekend.

Abi, panggilan akrab Tommy
Hidayat, SKM. MM yang sehari-harinya bertugas sebagai Kasi Rehabilitasi BPBD Kabupaten Subang mengakui kalau mereka diundang untuk menghibur dan menenangkan anak yang dan telah disunat atau dikhitan. “Kebetulan saya sebagai penanggung jawab khitanan massalnya dan sudah menjadi binaan dari BPBD terkait kegiatan Trauma Healing bagi korban bencana yang ada di bidangnya,” jelas Abi yang juga praktisi sunat.

Pihaknya pun merasa prihatin terhadap keberadaan komunitas badut dan sulap. Makanya sering diberdayakan pada saat ada bencana baik yang ada di daerah subang maupun di wilayah lainnya di jawa barat. “Jadi wajar kalau tadi ada keinginan sentuhan dari pemerintah daerah, baik pembinaan kewirausahaan ataupun modal dan juga dukungan lainnya. Sebab bila tidak ada job sama sekali, mereka dengan terpaksa turun ke jalanan hanya untuk menyambung hidup mencari nafkah buat keluargannya,”ungkapnya.

Sebagaimana kita ketahui, Badut adalah seseorang yang merias yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memperagakan ekspresi wajah lucu. Profesi badut sebenarnya cukup tua. Konon, sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

Mereka tak hanya membuat tertawa orang-orang kaya yang stres lewat pertunjukannya. Tapi juga menghibur dan mencari nafkah di jalan-jalan atau yang dikenal dengan istilah ngamen. Kemampuan pantomim dengan gerakan-gerakan slapstik yang konyol, bisa jadi merekalah salah satu penjaja hiburan jalanan tertua di dunia. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *