Wanita Tangguh di Industri Tambang dari Dahana, Fathiya Selviyana

Galagala.Id, Kalimantan Selatan,- Industri tambang selama ini sering dianggap sebagai dunia laki-laki, penuh tantangan fisik dan lingkungan kerja yang keras. Namun, Fathiya Selviyana, lulusan Universitas Sriwijaya yang memulai karirnya di PT Dahana pada tahun 2018, membuktikan bahwa perempuan juga mampu bersinar di sektor ini.

Perjalanannya menjadi salah satu bukti bahwa inklusivitas di industri tambang bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat diperlukan. Apalagi sekarang dibilang sukses berkarir karena memiliki jabatan sebagai Superintendent Operasi di Petrosea BMB JsP DTU-1 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Bagi Fathiya, tantangan utama perempuan di dunia tambang adalah stigma sosial yang melekat kuat. Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan tambang tidak cocok untuk perempuan, terutama karena beban kerja yang berat dan sulitnya menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Namun, ia berhasil menghadapi tantangan tersebut dengan ketangguhan mental dan disiplin tinggi, membuktikan bahwa perempuan dapat berkontribusi setara dengan laki-laki di sektor ini.

Dukungan perusahaan juga menjadi kunci keberhasilan Fathiya. PT Dahana memiliki program pengembangan karir yang dirancang untuk memperkuat keterampilan teknis dan kepemimpinan perempuan. Pelatihan semacam ini mencakup aspek keselamatan kerja dan manajemen proyek, yang membuka peluang perempuan untuk mendapatkan posisi strategis. Ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mulai menyadari pentingnya peran perempuan dalam industri tambang.

Kesuksesan Fathiya  juga membuktikan bahwa representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan dapat terwujud. Ia adalah contoh nyata bahwa perempuan tidak hanya mampu bertahan di lapangan tetapi juga memimpin dengan kompeten dan efektif di industri yang didominasi laki-laki.

Namun, tantangan sosial tidak berhenti hanya di tempat kerja. Stigma terhadap perempuan yang bekerja di sektor tambang terus menjadi hambatan. Fathiya merespons hal ini dengan membangun ketangguhan mental dan tetap fokus pada pekerjaannya. Ia belajar mengatasi hambatan sosial dengan cara yang positif, menunjukkan bahwa hasil kerja adalah cara terbaik untuk mematahkan stereotip.

“Membangun ketangguhan mental (Resilience). Banyak perempuan yang bekerja di sektor yang didominasi pria mengembangkan ketangguhan mental yang tinggi. Mereka belajar untuk tetap fokus pada pekerjaan mereka dan mengatasi hambatan sosial dengan cara yang positif. Ketangguhan ini sering muncul dari pengalaman pribadi atau pembelajaran yang diperoleh melalui tantangan yang mereka hadapi,” ungkap Fathiya.

Kepemimpinan dan kemampuan interpersonal juga menjadi senjata utama Fathiya dalam menghadapi stigma. Dengan membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja dan menunjukkan keahlian di berbagai aspek, ia membuktikan bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin yang andal. Kepercayaan yang ia peroleh dari kolega menjadi bukti keberhasilan pendekatan ini.


Harapan Fathiya untuk masa depan perempuan di sektor tambang adalah terciptanya kesetaraan yang lebih nyata. Ia ingin melihat lebih banyak perempuan diberi peluang untuk berkembang, mulai dari pelatihan berkelanjutan hingga program mentorship. Dengan kebijakan perusahaan yang mendukung, ia yakin perempuan akan semakin percaya diri meniti karir di sektor tambang.

“Sebagai perempuan, kami berharap dapat melihat perubahan yang lebih besar dalam hal kesetaraan gender, kesempatan karir, kebijakan perusahaan, dan dukungan sosial. Hal ini juga senafas dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto serta Kementerian BUMN, terutama tentang kesetaraan gender dan penguatan peran perempuan,” pungkas Fathiya.(Redal)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *